Pengenalan Sejarah Al-Andalus
A. Penaklukan Spanyol oleh kaum Muslim pada abad ke-8.
Perjalanan Islam ke Eropa dimulai pada abad ke-8 ketika pasukan Muslim berhasil menaklukkan sebagian besar Semenanjung Iberia.
• Proses Penaklukan
Pendaratan di Gibraltar: Pada tahun 711 Masehi, pasukan Muslim di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad mendarat di Gibraltar. Gibraltar sendiri berasal dari kata "Jabal Tariq" yang berarti "Gunung Tariq".
Pertempuran di Guadalete: Pertempuran ini menjadi titik balik dalam penaklukan Spanyol. Pasukan Muslim berhasil mengalahkan pasukan Visigoth yang dipimpin oleh Raja Roderick.
Ekspansi ke Utara: Setelah kemenangan di Guadalete, pasukan Muslim terus bergerak ke utara dan menaklukkan kota-kota penting seperti Toledo, Sevilla, dan Zaragoza.
Penaklukan Hampir Seluruh Semenanjung Iberia: Dalam waktu singkat, hampir seluruh Semenanjung Iberia berada di bawah kekuasaan Islam.
Di bawah kepemimpinan para emir dan khalifah yang visioner, Al-Andalus berkembang menjadi pusat ilmu pengetahuan, budaya, dan perdagangan yang sangat berpengaruh. Kota-kota seperti Cordoba, Sevilla, dan Granada menjadi simbol kemegahan dan kemakmuran Islam di Barat. Namun, kejayaan ini tidak berlangsung selamanya. Konflik internal dan tekanan dari kerajaan-kerajaan Kristen di utara akhirnya menyebabkan keruntuhan Al-Andalus. Meski demikian, warisan Al-Andalus terus hidup hingga kini, tercermin dalam arsitektur, musik, sastra, dan ilmu pengetahuan yang kita nikmati saat ini.
B. Pendirian Emirat dan kemudian Kekhalifahan Cordoba.
Setelah penaklukan awal, kekuasaan di Al-Andalus mengalami beberapa peralihan. Pada awalnya, wilayah ini menjadi bagian dari Kekhalifahan Umayyah yang berpusat di Damaskus. Namun, setelah keruntuhan kekhalifahan tersebut, Abdurrahman I, seorang pangeran Umayyah yang berhasil melarikan diri, mendirikan Emirat Cordoba pada tahun 756 M.
Emirat Cordoba kemudian berkembang menjadi kekuatan yang sangat berpengaruh di Semenanjung Iberia. Pada tahun 929 M, di bawah kepemimpinan Abdurrahman III, emirat ini ditingkatkan statusnya menjadi Kekhalifahan Cordoba. Kenaikan status ini menandai puncak kejayaan Islam di Spanyol. Cordoba menjadi pusat peradaban Islam yang gemilang, dengan masjid-masjid megah, perpustakaan yang kaya, dan ilmuwan-ilmuwan terkemuka.
C. Periode Kekuasaan Islam di Spanyol dan Kondisi Politik Sosialnya
Menurut Dr. Badri Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol dapat dibagi dalam beberapa periode:
• Periode pertama (711-755M)
Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai sempurna, berbagai gangguan masih terjadi baik yang datang dari luar maupun dari dalam.
• Periode kedua (755-912 M)
Islam pada saat itu mulai mengalami perkembangan yang begitu dashyat dan mampu memperluas wilayah kekuasaannya di daerah Spanyol. Abdurrahman Ad-Dakhil mendirikan mesjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar di Spanyol.
• Periode ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini, Islam di Spanyol mencapai puncak kejayaan, dengan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat. Abdurrahman III mendirikan Universitas Córdoba dan membangun perpustakaan besar dengan ratusan ribu buku. Pemerintahannya berhasil menanggulangi pemberontakan dan menyatukan kembali wilayah yang terpecah. Setelahnya, kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya, Al-Hakam II (961-976 M), dan kemudian Hisyam II (976-1009 M), yang naik tahta pada usia 11 tahun. Namun, kepemimpinan Hisyam II menandai awal kehancuran Bani Umayyah, dan pada 1013 M, Spanyol terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
• Periode keempat (1013-1086 M)
Terpecahnya Spanyol menjadi beberapa negara dikarenakan pada periode ini, umat Islam di Spanyol terlibat dalam pertikaian internal, bahkan ada yang meminta bantuan raja-raja Kristen dalam perang saudara. Meski demikian, kehidupan intelektual tetap berkembang pesat.
• Periode kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini, meskipun Islam di Spanyol terpecah, Dinasti Murabitun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M) menjadi kekuatan dominan.
Dinasti Murabituni berhasil menguasai Spanyol, namun setelah pemimpin-pemimpin yang lemah, wilayah Saragossa jatuh ke tangan Kristen pada 1118 M. Pada 1143 M, dinasti ini digantikan oleh Dinasti Muwahhidun.
Dinasti Muwahhidun berhasil menguasai kota-kota penting seperti Córdoba, Almería, dan Granada. Namun, setelah kekalahan di Las Navas de Tolosa pada 1212 M, kekuasaannya mulai melemah. Pada 1238 M, Córdoba jatuh ke tangan Kristen, diikuti oleh Seville pada 1248 M, menandai hampir seluruh Spanyol Islam jatuh ke tangan Kristen.
• Periode keenam (1248-1492 M)
Pada periode 1248-1492 M, Dinasti Ahmar (Daulat Nasriyah) berkuasa di Granada, Spanyol, dan dikenal karena pembangunan Istana Alhambra. Meski peradaban Islam berkembang di bawah dinasti ini, perselisihan internal tentang pewarisan tahta menyebabkan keruntuhan kerajaan. Abu Abdullah Muhammad, yang memberontak dan membunuh ayahnya, akhirnya meminta bantuan Ferdinand dan Isabella, penguasa Kristen, yang mengalahkan Granada pada 1492. Setelah kekalahan, Abu Abdullah menyerahkan kekuasaan dan hijrah ke Afrika Utara, menandai berakhirnya kekuasaan Islam di Spanyol. Dominasi Islam yang telah berlangsung hampir 750 tahun pun berakhir, dan umat Islam yang tersisa dipaksa memeluk Kristen atau hidup dalam diam, dengan umat Islam hampir hilang pada 1609.